Selasa, 03 November 2009

BERSYUKUR

Dengan buru-buru ku matikan komputer kantorku, ku cangklong tas ransel di pundakku sembari berpamitan dengan kawan-kawan yang lebur di kantor sore itu. Dengan setengah berlari keluar, ku tenteng tas kecil di lengan kiri, berisi makanan siang yang dibelikan Manajerku, hingga sore tak sempat lagi ku makan.

Hari ini aku sungguh merasa lelah, akumulasi kelelahanku karena panen pekerjaan di kantor, dipaksa ikut tim ini-itu, harus siap menghadapi semuanya sendiri. Terlebih besok tim kerjaku di sub fungsi harus mulai masuk asrama untuk mempersiapkan sidang KKW, dan guru besar PSOku harus mempersiapkan diri untuk naik haji, akan off untuk jangka waktu 2 bulan.
Benar-benar pekerjaan besar dan berat yang harus ku pikul, karena tanggung jawabku, ibadahku insya ALLAH untuk mencari ilmu dan rejeki yang halalan tayyiban.

Ya ALLAH, kuatkan lah diriku ini... kadang rasanya ingin menangis, tapi ada daya... justru aku akan semakin lemah. Aku harus kuat.. aku harus kuat.. aku pasti bisa..

Sore ini ku usahakan untuk bisa makan malam dengan bekal makanan siangku di rumah. Demi mengejar kereta sore, agar dapat waktu sholat Magrib, ku belokkan tujuanku yang biasanya ke Stasiun Manggarai, kali ini aku ingin ke Stasiun Kereta Tanah Abang. Sudah pasti, kereta yang akan ku naiki sudah penuh dengan penumpang yang duduk, aku harus berdiri. Alhamdulillah masih terkejar kereta Serpong AC dari arah kota.

Suasana di dalam kereta sore hari ini terasa hening. Ku pandangi raut wajah-wajah kelelahan, letih dan kecapean di gerbong tempatku berdiri dalam kereta yang penuh. Pasti mereka memiliki masalah dan probematikanya masing-masing. Ada yang dimarahi bosnya, pekerjaannya belum selesai, masalah rumah tangga, baru melamar pekerjaan, pengangguran, atau bahkan ada yang baru saja di pecat dari pekerjaannya. Manusia-manusia berdasi dan berhak tinggi penuh prestasi dan prestise yang di panggul di pundaknya.

Usah lah aku berkeluh kesah, dengan tumpukan tanggung jawab di pundakku. Mampu kah aku ini... ada apa denganku ini... rasa lelahku mulai melemahkanku...

Ku lemparkan pandangan keluar sana, saat kereta melaju dengan kencangnya. Hiruk pikuk kota Jakarta, pemukiman penduduk yang rapat, pasar yang ramai, kerlap-kerlip lampu di kota. Jakarta tempat semua orang mengadukan nasibnya untuk mencari penghidupan, melanjutkan kehidupan, demi makanan dan kepuasan-kepuasan lainnya. Pernahkah kita berhenti untuk merasa cukup???

Kereta berhenti di Stasiun Kebayoran Lama, tapi dia tak membukakan pintunya untuk orang lain masuk, karena kereta ini kereta AC. Kereta khusus untuk orang yang mampu membeli harga tiket lebih untuk naik sampai dengan tujuan. Tapi lihat orang di luar sana, menunggu kereta Ekonomi lewat, dengan harga karcis kereta 1/5 harga karcis kereta AC. Demi mengirit ongkos, agar dapat menyisihkan uangnya untuk keluarga dirumah, demi untuk sesuap nasi dan perut merasa kenyang.

Ku lihat wanita tua dengan pakaian compang-camping, duduk selonjor bertumpu pada tiang sambil merangkul barang dagangannya yang sederhana. Ditatanya di atas tampah anyaman bambu telur asin, lepet dan bungkusan kerupuk emping yang sudah di goreng. Sambil menunggu dengan setia menanti pembeli lainnya, tidak hendak beranjak pergi hingga malam beranjak dan habis 1/2 barang dagangannya. Dia keluarkan tas kecil usangnya, sambil menghitung uang ribuan yang hanya beberapa lembar, kau hapus peluh di mukamu.

Oh wanita tua, sejak jam berapakah kau mulai keluar rumah dan mulai berdagang? Jauhkah rumahmu? dimanakah suami dan anak-anakmu? Mengapa kau cari duit hingga semalam ini? Wahai wanita tua, apa yang bisa ku lakukan untukmu?

Tak terasa air mataku menetes jatuh di pipi, pilu rasanya hati ini. Kurang bersyukur kah aku ini yang masih mengutuki diriku kelelahan dan kecapean? padahal apa yang ku miliki sudah melebihi apa yang dimiliki wanita tua itu... Ya ALLAH, ampunilah aku...

Kereta mulai berjalan. Andai pintumu terbuka tadi, pasti ingin ku buat kau wahai wanita tua untuk tersenyum, membawa pulang rejeki yang ALLAH titipkan padamu untuk keluargamu dirumah, engkau pasti bisa pulang lebih cepat daripada harus menunggu semalaman agar daganganmu habis hari ini.

Kembali ku lemparkan pandangan keluar jendela kereta. Di antara rapatnya rumah-rumah di penduduk dipinggir rel kereta. Betapa bahagia raut wajah mereka, hanya berada di dalam rumah petak kecil beratap seng, diantara gang sempit dan comberan air yang tak mengalir. Tapi masih bisa ku lihat keceriaan wajah disana. Makan dari nasi bungkus, tidur di lantai, menonton TV dari layar kecil TV hitam putih, bersejuk-sejuk ria dengan sepoi angin semburan kipas angin. Betapa bahagianya mereka dengan kehidupan yang sederhana itu...

Ya ALLAH, betapa malam ini Kau berikan aku banyak hidayah dan pelajaran hidup ini, aku seharusnya lebih banyak bersyukur hingga aku merasa cukup... Alhamdulillah, terima kasih ya ALLAH, semua ini menguatkan semangat dan gairahku kembali. Aku harus bisa, dan aku harus kuat, jangan mudah menyerah. Sesungguhnya banyak hikmah dari semua kejadian, dan seharusnya aku banyak bersyukur atas segala nikmat yang telah Engkau berikan padaku...

Terima kasih ya ALLAH atas semuanya, betapa aku menjadi sangat rindu PADAMU...

Alhamdulillah, sampai rumah masih ada waktu untuk sholat magrib, aku bisa bermanja-manja dengan-Mu Ya Robbi...

Tidak ada komentar: