Kamis, 26 November 2009

YOU CAN

calm down, take a deep breaths
after running around, into the corner of your heart
know, it's already broken
just fixed it, replace it
then face it

hold on, go your on way
believe that everything will be fine
just don't be panic, don't be nervous
hearts will hold
see and figure it out
give it away
before it's killing you

because you are strong, tough, humble
know you can
it's just very contradictive to see you like this
come on, get up
and the world wait for you
to see you back...

Kamis, 19 November 2009

SEMANGAAAAATTT... !!!

Apa yang membuat orang bisa menghargai hidup? Apakah disaat mengalami kesusahan, disaat-saat kita menghadapi permasalahan pelik, atau disaat-saat musibah itu datang? Andai kita mau banyak belajar dari kejadian di sekitar kita, bukan tidak mungkin kita akan banyak tau dan menghargai kehidupan ini lebih baik. Terlebih bisa mengerti apa yang dialami orang, mendalami jiwanya, memasuki perasaannya, mengerti penderitaannya, memahami kekalutannya... Pasti kita akan menjadi orang yang lebih peduli dengan orang lain

Menghargai adalah memberikan penghargaan tertinggi atas apa yang ada saat ini dengan cara bersyukur. Sungguh, begitu teramat nikmatnya hidup ini. Tapi sayang, kita sering dibutakan pada keinginan yang tak pernah terpuaskan, nafsu yang begitu menguasai kehidupan kita. Padahal saat kita merasa puas adalah saat kita bisa bersyukur atas apa yang kita dapatkan saat ini. Hal terkecil yang terkadang kita lupa, dibangunkan dari tidur malam keesokan harinya merupakan anugerah yang luar biasa... karena hingga saat ini kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri, membahagiakan orang-orang yang kita cintai, mengatakan kepada mereka bahwa kita menyayanginya, dan memperbanyak amal sholeh, serta ilmu yang bermanfaat.

Andai setiap hari kita bisa mengingatkan diri kita untuk menjadi manusia yang lebih baik. Sayang, terkadang kita terjerumus pada hal-hal yang salah. Ya, ku akui bahwa banyak hal yang hingga saat ini ku lakukan karena kesalahan dan kebodohanku. Ku biarkan diri ini terhanyut pada hal-hal yang salah, betapa bodohnya aku ini... Sungguh-sungguh teramat bodoh...

Berapa kalkulasi waktu yang benar-benar kita lakukan untuk tujuan yang baik, bermanfaat? terkadang sholat pun kita masih telat, belum tepat waktu, atau bahkan sholat di akhir waktu menjelang masuk waktu sholat berikutnya? Padahal tidak ada yang lebih penting dalam waktu kita sehari selain waktu sholat... Terkadang sholat kita pun tidak khusyu, Masya ALLAH...

Ya ALLAH, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyu, doa yang tidak didengar, jiwa yang tak pernah puas, dan ilmu yang tidak bermanfaat. Ya ALLAH, mantapkan langkahku untuk beribadah hanya kepada-Mu dan hanya semata-mata karena-Mu. Karena sesungguhnya hamda ini memiliki peringai yang keras, maka haluskanlah peringai hamba, sesungguhnya hamba adalah mahluk yang lemah, maka kuatkanlah hamba, dan hamba termasuk orang yang kikir, maka jadikanlah hati hamba pemurah. Ya ALLAH, aku mohon perlindungan-Mu dari segala kejahatan yang nyata dan terselubung, dari keragu-raguan, dari melangkah diluar jalan-Mu, dari segala keburukan, dan dari godaan syaitan yang terkutuk.

Semangat, semangat, semangat ... !!!!! Hari ini harus lebih baik dari hari kemaren...



Selasa, 17 November 2009

DIA

Dia yang selalu ku jaga dalam hati, retak sudah dipecah palu godam, sejadi debu lebur ditiup angin kencang, jatuh ke jalan, tersapu hujan hingga ke parit
Tepian itu tipis sekali, antara batas ketidakjelasan yang rapuh, karena pongah dan tak tentu arah, karena lemah punya jiwa, dan tak ada daya kekuatan
Bimbang, maka ku bimbing, tapi nafsu berselimut angkara, dunia bercinta tiada binasa, berbalut sutra putih kesucian di hati, karena pergi kemana angin mencari
Cemas, bukan tetap hati, saat dekat menepis sepi, di pandang mata jiwa menari, di jauh seberang dia mencari
Panas, lepas letupan gairah merana, ingin jelas merah tetap merah, dan hitam biarkan hitam, jika putih jauh tak tergapai
Ragu, jangan melangkah, jangan lihat pula ke belakang, tetap maju tapi tetapkan pilihan bijakmu, biar satu yakinlah itu
Spesial, dia memang berbeda, satu dari sejuta, unik berkarakteristik, aneh tidak nyeleneh, tapi berselimut kalut hati tembaga, terhuyung ke kiri dan ke kanan, dan lepas dari dekapan
Dia debu yang tidak bisa kau genggam, tersimpan dalam gelas kristal kaca rapuh, di jaga dan disentuh, maka dia akan ada

SURABAYA

Surabaya...
Kota metropolitan di timur pulau jawa
Panas, terik mentari menggigit
Hiruk pikuk di jantung kota
Siang yang begitu terang
Kesilauan mata memandang

Surabaya...
Malam yang datang
Dalam selimut dingin menghampiri
Di langit luas bertabur bintang
Tapi bulan sedang sembunyi
Ku nikmati gemerlap lampumu

Surabaya...
Dingin, berharap kau hangatkan
Panas, kau begitu menggairahkan
Lembut, sentuhanmu yang kurasakan
Hangat, dekapan malam yang kau berikan

Indah, malam-malam yang kulalui
Bersamamu Surabaya, menyelimuti lelap tidurku
Hingga pagi menjelang
Ku buka mata melihat wajahmu
Senyummu menggodaku

Ingin kembali ku resapi malam-malam lainnya
Pada ruang dan waktumu Surabaya...
Ku resapi indah waktu bersamamu
Surabaya, hanya milikku

MENUSUK DARI BELAKANG

Saya manusia yang punya hati, perasaan halus dan kasih sayang.
Saya merasa karena disentuh, oleh kelembutan yang menghujam dan tak bisa dihindari.
Tapi saya bukan laboratorium percobaanmu, jika apa yang kamu rasakan hanyalah semu.
Jangan kau permainkan saya, karena saya akan mati jika kau khianati.
Jangan kau bohongi saya, maka hatimu benar seperti batu, tak punya perasaan.
Karena jika begitu, kamu sudah memperalat saya.
Kamu gunakan saya untuk keuntunganmu.
Kamu kah manusia yang ku kenal dulu?
Dan apa yang kamu lakukan terhadap saya, menghancurkannya?
Ini kah penghargaanmu atas apa yang telah saya berikan padamu?
Ternyata apa yang kamu katakan, dan mungkin yang kamu rasakan hanya semu belaka, tidak tulus, bersyarat, hingga kau buat berkarat.
Terima kasih kamu sudah berhasil membohongi saya.
Kamu mempermainkan saya.
Kamu mengaduk-aduk perasaan saya.
Kamu membodohi saya dan membunuh saya.
Saya sudah mati, sejak kau tusuk dari belakang...

STRANGER

I become a stranger
I'm the gray between black and white
I'm the border between wrong and right
I'm the invisible, far from your expectation
When dark visualize the night, and I'm at that side

You don't know me
You don't even recognize me
Yet you have been manipulating your feeling toward me
You have done a stupid mistake

You don't know me
I will punch you back
And make you bad, very bad
Then you will beg me sorry

I have no mercy
Coz you aren't forgiven
Look what have you done to me
You destroyed me
You broke my heart
You teared me cruel
You pushed me down

How could you be that bad?
How dare you !
Promise me, you will be sorry for that
Bcoz you have change me into other person
A stranger of your own creation...

Selasa, 03 November 2009

BERSYUKUR

Dengan buru-buru ku matikan komputer kantorku, ku cangklong tas ransel di pundakku sembari berpamitan dengan kawan-kawan yang lebur di kantor sore itu. Dengan setengah berlari keluar, ku tenteng tas kecil di lengan kiri, berisi makanan siang yang dibelikan Manajerku, hingga sore tak sempat lagi ku makan.

Hari ini aku sungguh merasa lelah, akumulasi kelelahanku karena panen pekerjaan di kantor, dipaksa ikut tim ini-itu, harus siap menghadapi semuanya sendiri. Terlebih besok tim kerjaku di sub fungsi harus mulai masuk asrama untuk mempersiapkan sidang KKW, dan guru besar PSOku harus mempersiapkan diri untuk naik haji, akan off untuk jangka waktu 2 bulan.
Benar-benar pekerjaan besar dan berat yang harus ku pikul, karena tanggung jawabku, ibadahku insya ALLAH untuk mencari ilmu dan rejeki yang halalan tayyiban.

Ya ALLAH, kuatkan lah diriku ini... kadang rasanya ingin menangis, tapi ada daya... justru aku akan semakin lemah. Aku harus kuat.. aku harus kuat.. aku pasti bisa..

Sore ini ku usahakan untuk bisa makan malam dengan bekal makanan siangku di rumah. Demi mengejar kereta sore, agar dapat waktu sholat Magrib, ku belokkan tujuanku yang biasanya ke Stasiun Manggarai, kali ini aku ingin ke Stasiun Kereta Tanah Abang. Sudah pasti, kereta yang akan ku naiki sudah penuh dengan penumpang yang duduk, aku harus berdiri. Alhamdulillah masih terkejar kereta Serpong AC dari arah kota.

Suasana di dalam kereta sore hari ini terasa hening. Ku pandangi raut wajah-wajah kelelahan, letih dan kecapean di gerbong tempatku berdiri dalam kereta yang penuh. Pasti mereka memiliki masalah dan probematikanya masing-masing. Ada yang dimarahi bosnya, pekerjaannya belum selesai, masalah rumah tangga, baru melamar pekerjaan, pengangguran, atau bahkan ada yang baru saja di pecat dari pekerjaannya. Manusia-manusia berdasi dan berhak tinggi penuh prestasi dan prestise yang di panggul di pundaknya.

Usah lah aku berkeluh kesah, dengan tumpukan tanggung jawab di pundakku. Mampu kah aku ini... ada apa denganku ini... rasa lelahku mulai melemahkanku...

Ku lemparkan pandangan keluar sana, saat kereta melaju dengan kencangnya. Hiruk pikuk kota Jakarta, pemukiman penduduk yang rapat, pasar yang ramai, kerlap-kerlip lampu di kota. Jakarta tempat semua orang mengadukan nasibnya untuk mencari penghidupan, melanjutkan kehidupan, demi makanan dan kepuasan-kepuasan lainnya. Pernahkah kita berhenti untuk merasa cukup???

Kereta berhenti di Stasiun Kebayoran Lama, tapi dia tak membukakan pintunya untuk orang lain masuk, karena kereta ini kereta AC. Kereta khusus untuk orang yang mampu membeli harga tiket lebih untuk naik sampai dengan tujuan. Tapi lihat orang di luar sana, menunggu kereta Ekonomi lewat, dengan harga karcis kereta 1/5 harga karcis kereta AC. Demi mengirit ongkos, agar dapat menyisihkan uangnya untuk keluarga dirumah, demi untuk sesuap nasi dan perut merasa kenyang.

Ku lihat wanita tua dengan pakaian compang-camping, duduk selonjor bertumpu pada tiang sambil merangkul barang dagangannya yang sederhana. Ditatanya di atas tampah anyaman bambu telur asin, lepet dan bungkusan kerupuk emping yang sudah di goreng. Sambil menunggu dengan setia menanti pembeli lainnya, tidak hendak beranjak pergi hingga malam beranjak dan habis 1/2 barang dagangannya. Dia keluarkan tas kecil usangnya, sambil menghitung uang ribuan yang hanya beberapa lembar, kau hapus peluh di mukamu.

Oh wanita tua, sejak jam berapakah kau mulai keluar rumah dan mulai berdagang? Jauhkah rumahmu? dimanakah suami dan anak-anakmu? Mengapa kau cari duit hingga semalam ini? Wahai wanita tua, apa yang bisa ku lakukan untukmu?

Tak terasa air mataku menetes jatuh di pipi, pilu rasanya hati ini. Kurang bersyukur kah aku ini yang masih mengutuki diriku kelelahan dan kecapean? padahal apa yang ku miliki sudah melebihi apa yang dimiliki wanita tua itu... Ya ALLAH, ampunilah aku...

Kereta mulai berjalan. Andai pintumu terbuka tadi, pasti ingin ku buat kau wahai wanita tua untuk tersenyum, membawa pulang rejeki yang ALLAH titipkan padamu untuk keluargamu dirumah, engkau pasti bisa pulang lebih cepat daripada harus menunggu semalaman agar daganganmu habis hari ini.

Kembali ku lemparkan pandangan keluar jendela kereta. Di antara rapatnya rumah-rumah di penduduk dipinggir rel kereta. Betapa bahagia raut wajah mereka, hanya berada di dalam rumah petak kecil beratap seng, diantara gang sempit dan comberan air yang tak mengalir. Tapi masih bisa ku lihat keceriaan wajah disana. Makan dari nasi bungkus, tidur di lantai, menonton TV dari layar kecil TV hitam putih, bersejuk-sejuk ria dengan sepoi angin semburan kipas angin. Betapa bahagianya mereka dengan kehidupan yang sederhana itu...

Ya ALLAH, betapa malam ini Kau berikan aku banyak hidayah dan pelajaran hidup ini, aku seharusnya lebih banyak bersyukur hingga aku merasa cukup... Alhamdulillah, terima kasih ya ALLAH, semua ini menguatkan semangat dan gairahku kembali. Aku harus bisa, dan aku harus kuat, jangan mudah menyerah. Sesungguhnya banyak hikmah dari semua kejadian, dan seharusnya aku banyak bersyukur atas segala nikmat yang telah Engkau berikan padaku...

Terima kasih ya ALLAH atas semuanya, betapa aku menjadi sangat rindu PADAMU...

Alhamdulillah, sampai rumah masih ada waktu untuk sholat magrib, aku bisa bermanja-manja dengan-Mu Ya Robbi...